Lidya Dwi

22 February 2024

No Comments

Idealis Harus Berjalan Masuk Ke Tengah Hutan Hanya untuk Memperoleh Air

Idealis (13 tahun) berasal dari desa kecil di Nias Utara, yaitu desa Botombawo. Ia dibesarkan oleh ibu tunggal yang harus menghidupi keempat anaknya, sedangkan ayahnya sudah meninggal dunia sejak 10 tahun yang lalu.

Kondisi perekonomian mereka jauh dari kata cukup. Ibu Idealis hanyalah seorang penderes karet dengan upah Rp 612.000 per bulan. Terkadang ibunya juga mengumpulkan pinang yang dalam seminggu bisa menghasilkan 7-10 Kg/ minggu atau setara Rp 50.000/minggu. Dari pendapatkan yang hanya tidak stabil, mereka harus memenuhi kebutuhan dan membayar cicilan pinjaman dari KSP (Koperasi Simpan Pinjam) sebesar Rp 200.000/ bulan.

Tidak hanya keadaan ekonomi yang sulit, keluarga ini juga harus mengeluarkan upaya lebih untuk mendapatkan air bersih. Mereka harus berjalan turun ke sungai yang berjarak 700m dari rumah mereka. Mirisnya jika ikan di sungai tercemar oleh racun, sehingga ikan yang disana mati dan menimbulkan bau tak sedap. Keluarga Idealis mau tak mau tetap mengonsumsi air tersebut, yang mengakibatkan mereka mengalami muntah-muntah dan rasa gatal di sekujur tubuh.

Kejadian ini membuat Idealis dan keluarganya harus mencari air ke sumber yang lain. Di mana mereka mencari genangan air di tengah hutan yang berjarak 1,5 Km. Genangan air itu akan muncul jika ada hujan seminggu lebih. Jika air di tempat itu sudah tidak habis, mereka akan ke tempat yang lain lagi. Hal ini terus menerus mereka lakukan setiap harinya, pagi dan sore. Karena air itu akan mereka gunakan untuk semua kebutuhan sehari-hari.

Sebenarnya ada alternatif lain, yaitu dengan membeli air bersih seharga Rp 600.000 per kubik air. Namun karena kondisi ekonomi keluarga Idealis pas pasan, opsi ini tidak bisa mereka ambil, Ssehingga mereka memutuskan untuk mencari air ke hutan.

Efek dari kekurangan air bersih ini adalah mereka jadi jarang mandi, kemudian berdampak pada kepercayaan diri Idealis. Karena ia dalam keadaan tidak segar untuk datang ke sekolah dan jarang pergi beribadah. Bahkan mereka juga harus menumpuk pakaian dan piring kotor sampai seminggu lebih untuk akhirnya dicuci di sungai.

Banyak doa dan harapan yang mereka panjatkan agar desa mereka dapat memperoleh akses air bersih dengan mudah. Karena tidak ada mata air yang dapat dijangkau oleh warga Botombawo. Hingga suatu saat ada satu program dari Obor Berkat Indonesia yang menjawab semua harapan warga setempat, yaitu Program Rain Water Harvesting System (RHS).

Rain Water Harvesting System (RWHS) atau dikenal juga dengan Sistem Memanen Air Hujan sebagai alternatif sumber air di desa Botombawo ini. Ada 275 orang dalam 35 KK yang menerima bantuan RWHS ini. Dengan memberikan toren yang bisa menampung 2000 liter air hujan ini, Obor Berkat berharap bisa memenuhi kebutuhan air sehari di tiap rumah. Sehingga masyarakat akan hidup lebih sehat, tidak perlu mencari air atau membeli air bersih lagi.

Keluarga Idealis adalah salah satu keluarga yang menerima manfaat bantuan air bersih ini. Dengan adanya bantuan air bersih ini sangat membantu Idealis dan keluarganya, karena mereka jadi lebih rajin mandi. Cucian piring dan baju tidak perlu ditumpuk satu minggu lebih, mereka mencuci setelah 2 hari. Paling penting adalah mereka jadi tidak sulit mencari air dan dapat mengonsumsi air bersih. Sehingga waktu Idealis jadi bisa digunakan untuk kegiatan lainnya, seperti pergi ke Sanggar belajar anak School of Life (SoL) dan membantu ibunya di kebun.

Terima kasih Mitra OBI, program ini berjalan dengan semestinya berkat bantuan uluran tangan dari Anda. Mari terus berkontribusi bersama kami dalam mewujudkan harapan masyarakat di desa terpencil lainnya untuk dapat menjangkau air bersih dan layak konsumsi.

Share berita baik ini yuk!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *