Lidya Dwi

13 March 2024

No Comments

Anak Terlibat dalam Konflik Rumah Tangga, Seperti Apa Efeknya?

Konflik antara pasangan ABMJ dan suaminya meramaikan media sosial. Dugaan perselingkuhan dan pertengkaran soal hak asuh anak menjadi sorotan publik. Berita ini sudah tersebar sejak awal sampai ke media negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia.

Banyak tudingan yang dilayangkan satu sama lain lewat media dan dibantah oleh mereka melalui pernyataan-pernyataan yang mereka berikan di media. Konflik rumah tangga yang harusnya tetap berada di lingkup rumah tangga ini menyeruak dan menjadi konsumsi publik. Mirisnya anak-anak mereka juga ikut kena dampak dari konflik mereka.

Dikutip dari Jawaban.com, suami dari ABMJ sempat membawa kabur anak mereka ke Malaysia, lantas ini menjadi sebuah kekhawatiran, sebab anak mereka yang masih bayi masih membutuhkan ASI dari ABMJ. Kemudian efek dari pertikaian kedua orang tuanya, putri sulung dari pasangan ini pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya karena tekanan yang ia hadapi.

Denny Sumargo yang merupakan seorang publik figur sangat menyayangkan jika anak-anak yang tidak mengerti apa-apa harus terkena dampak dari pertengkaran antar suami istri. Bahkan ada satu podcaster yang mengundang putri sulungnya untuk diwawancara di YouTube Channel podcaster tersebut.

Apakah pantas seorang anak yang di bawah umur dilibatkan dalam konflik orang tua? Apa saja efek yang anak rasakan ketika ia terlibat dalam konflik tersebut?

Dilansir dari berbagai sumber, anak akan mengalami kesulitan emosional karena adanya konflik diantaran kedua orang tuanya, tanda-tandanya adalah sebagai berikut :

  • Perubahan perilaku yang signifikan : Anak mungkin menunjukkan perubahan perilaku yang drastis, seperti menjadi lebih agresif, menarik diri, atau bertingkah laku yang tidak biasa bagi mereka.
  • Perubahan Pola Tidur atau Makan : Anak mungkin mengalami kesulitan tidur atau mengubah pola makan mereka, yang bisa menjadi tanda stres atau kecemasan.
  • Mood yang berfluktuasi : Anak mungkin memiliki suasana hati yang sangat berubah-ubah, dari marah hingga sedih, tanpa alasan yang jelas.
  • Kesulitan dalam belajar : Anak mungkin mengalami penurunan kinerja akademik atau kehilangan minat terhadap sekolah dan kegiatan belajar.
  • Perilaku Regresif : Anak mungkin kembali ke perilaku yang lebih cocok untuk anak yang lebih muda, seperti mengompol atau mengisap jempol.
  • Masalah dengan teman sebaya : Anak mungkin kesulitan menjalin atau mempertahankan pertemanan, yang bisa menjadi indikasi bahwa mereka sedang berjuang dengan masalah emosional.
  • Perilaku mencari perhatian : Anak mungkin bertindak untuk mendapatkan perhatian, yang bisa berupa perilaku negatif atau positif.
  • Kesulitan mengontrol emosi : Anak mungkin sering berteriak atau menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang mereka buat, menunjukkan bahwa mereka kesulitan mengontrol emosi mereka.
  • Tanda-tanda stres fisik : Anak mungkin menunjukkan tanda-tanda stres fisik seperti sakit perut atau kepala, yang sering kali terkait dengan kecemasan atau stres.
  • Pengasingan sosial : Anak mungkin lebih memilih untuk menyendiri daripada menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman-teman.
  • Penggunaan Kata-kata Negatif : Anak mungkin menggunakan kata-kata atau frasa negatif saat berbicara tentang diri sendiri atau situasi mereka.

Selanjutnya, bagaimana cara mengatasi dampak emosional yang telah terjadi pada anak-anak?

Mengatasi dampak emosional pada anak-anak membutuhkan pendekatan yang holistik dan berkesinambungan, dengan mempertimbangkan usia, tingkat keparahan, dan jenis dampak emosional yang dialami. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan :

Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Mendukung :

  • Membangun Rasa Percaya : Tunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada anak. Luangkan waktu berkualitas untuk bermain, bercakap-cakap, dan mendengarkan mereka dengan penuh perhatian.
  • Menjaga Keamanan dan Stabilitas : Pastikan anak merasa aman dan terlindungi di lingkungannya. Buatlah rutinitas yang konsisten dan bantu mereka memahami situasi yang terjadi dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Membantu Anak Mengidentifikasi dan Memahami Emosi :

  • Ajarkan Kosakata Emosi : Bantu anak memahami dan mengidentifikasi berbagai jenis emosi, seperti senang, sedih, marah, takut, dan frustrasi. Gunakan kata-kata yang sesuai dengan usia mereka.
  • Validasi Perasaan : Terimalah dan akui perasaan anak tanpa menghakimi. Biarkan mereka tahu bahwa semua perasaan itu wajar dan mereka boleh merasakannya.

Mengembangkan Keterampilan Mengelola Emosi :

  • Teknik Menenangkan Diri : Ajarkan teknik relaksasi sederhana seperti pernapasan dalam, meditasi, atau visualisasi untuk membantu mereka menenangkan diri saat merasa cemas atau marah.
  • Strategi Komunikasi : Bantu anak belajar mengekspresikan perasaannya dengan cara yang sehat dan efektif, baik melalui kata-kata, gambar, atau permainan peran.

Mendukung Perkembangan Emosional Anak :

  • Bermain : Bermainlah dengan anak dan ciptakan suasana yang menyenangkan. Bermain dapat membantu anak belajar dan memproses emosinya dengan cara yang aman dan terarah.
  • Buku Cerita : Bacakan buku cerita yang membahas tentang berbagai jenis emosi dan cara mengatasinya.
  • Puji dan Dorongan : Berikan pujian dan dorongan kepada anak saat mereka berhasil mengelola emosinya dengan baik.

Mencari Bantuan Profesional : Jika dampak emosional yang dialami anak cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional.

Share berita baik ini yuk!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *