Lidya Dwi

09 February 2024

No Comments

Pelaku Kriminal Anak Semakin Meningkat, Siapa yang Harus Disalahkan?

Beberapa waktu lalu, kasus pembunuhan satu keluarga yang dilakukan oleh seorang remaja menggemparkan jagat maya. Dugaan motif pembunuhan ini dipicu oleh hubungan asmara korban dan pelaku, serta helm yang belum kembali. Namun polisi masih akan terus menyelidiki kasus ini.

Kejahatan Kriminal yang dilakuka oleh remaja semakin hari kian meningkat dan sungguhh mengkhawatirkan. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sejak 2011 hingga akhir 2018, tercatat 11.116 anak di Indonesia tersangkut kasus kriminal. Kasus kejahatan jalan, seperti pencurian, begal, geng motor, hingga pembunuhan mendominasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan crime total dan crime rate di tahun 2022, meskipun mengalami penurunan di tahun 2021. Data survei BPS juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase korban kejahatan di tahun 2022, meskipun mengalami penurunan di tahun 2021. Data Komnas PA juga menunjukkan bahwa terdapat 3.547 aduan kasus kekerasan terhadap anak yang diterima sepanjang 2023, dengan kekerasan seksual sebagai kasus terbanyak.

Lantas siapa yang harus disalahkan atas kejadian ini? Tidak ada. Namun, peran orang tua juga berpengaruh dalam tindakan yang diambil anak dalam memilih lingkungan dan cara anak berpikir dalam mengambil keputusan.

Menurut para ahli, ada beberapa faktor yang berkontribusi, antara lain :

  • Faktor keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Pola asuh, komunikasi, dan perhatian orang tua sangat memengaruhi pembentukan karakter dan perilaku anak. Anak yang berasal dari keluarga broken home, kurang harmonis, atau tidak mendapatkan kasih sayang dan pengawasan yang cukup cenderung mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di luar. Anak juga bisa meniru perilaku orang tua yang melakukan kekerasan, baik secara fisik maupun verbal.
  • Faktor lingkungan. Lingkungan sekitar, seperti teman, sekolah, media, atau masyarakat juga berpengaruh terhadap perilaku anak. Anak yang bergaul dengan teman-teman yang bermasalah, seperti terlibat narkoba, minum-minuman keras, atau tawuran bisa ikut terjerumus ke dalam kejahatan. Anak yang mengalami kekerasan, intimidasi, atau diskriminasi di sekolah juga bisa mengembangkan perilaku agresif atau defensif. Anak yang terpapar oleh berita, film, atau game yang mengandung kekerasan, seks, atau kriminalitas juga bisa terstimulasi untuk meniru atau mencoba hal-hal tersebut.
  • Faktor individu. Faktor individu, seperti usia, jenis kelamin, kepribadian, atau kondisi psikologis juga bisa memicu kriminalitas anak. Anak yang berada di usia remaja cenderung lebih ingin mencari identitas, kemandirian, dan pengakuan dari lingkungannya. Anak yang berjenis kelamin laki-laki juga cenderung lebih agresif dan berani mengambil risiko daripada perempuan. Anak yang memiliki kepribadian yang impulsif, antisosial, atau kurang empati juga lebih rentan melakukan kejahatan. Anak yang mengalami gangguan psikologis, seperti depresi, kecanduan, atau trauma juga bisa menunjukkan perilaku yang menyimpang atau melanggar hukum.

Bagaimana cara mengatasi kriminalitas anak di Indonesia? Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh berbagai pihak, terutama orang tua dan pendidik, antara lain :

  • Memberikan pendidikan karakter kepada anak sejak dini. Orang tua dan pendidik harus mengajarkan nilai-nilai moral, etika, dan hukum kepada anak. Anak harus diberikan pemahaman bahwa tindakan kriminal adalah perilaku yang salah dan melanggar hukum. Anak juga harus diajarkan untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, serta tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun.
  • Memberikan perhatian, kasih sayang, dan pengawasan yang cukup kepada anak. Orang tua dan pendidik harus menciptakan hubungan yang harmonis, saling menghormati, dan mendukung dengan anak. Orang tua dan pendidik harus mendengarkan dan memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh anak. Orang tua dan pendidik harus memberikan pujian, dorongan, dan apresiasi jika anak melakukan sesuatu yang baik. Orang tua dan pendidik harus menghindari konflik, pertengkaran, atau kekerasan yang bisa merusak hubungan dengan anak.
  • Memberikan batasan, konsekuensi, dan tanggung jawab yang jelas kepada anak. Orang tua dan pendidik harus menetapkan peraturan yang adil, konsisten, dan sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Orang tua dan pendidik harus menjelaskan alasan dan manfaat dari peraturan tersebut. Orang tua dan pendidik harus memberikan konsekuensi yang logis dan proporsional jika anak melanggar peraturan. Orang tua dan pendidik harus memberikan kesempatan kepada anak untuk memperbaiki kesalahannya dan belajar dari pengalaman.
  • Memberikan kebebasan dan kemandirian yang sesuai kepada anak. Orang tua dan pendidik harus membiarkan anak membuat keputusan sendiri tentang hal-hal yang tidak terlalu penting atau berisiko, seperti pakaian, musik, atau hobi. Ini akan membantu anak mengembangkan kemandirian, kepercayaan diri, dan keterampilan mengatasi masalah. Namun, orang tua dan pendidik tidak boleh membiarkan anak melakukan hal-hal yang berbahaya, ilegal, atau merugikan dirinya sendiri atau orang lain, seperti seks bebas, minum alkohol, atau mencuri. Jika anak ingin melakukan sesuatu yang orang tua atau pendidik kurang setuju, orang tua atau pendidik harus mendengarkan alasan dan argumen anak. Orang tua atau pendidik harus memberikan kebebasan dengan syarat anak bisa menunjukkan tanggung jawab dan akuntabilitas. Jika anak gagal memenuhi syarat tersebut, orang tua atau pendidik harus memberikan pembatasan yang wajar.
  • Melibatkan anak dalam kegiatan positif. Orang tua dan pendidik harus mendorong anak untuk mengikuti kegiatan yang sesuai dengan minat, bakat, dan nilai-nilainya. Kegiatan ini bisa berupa olahraga, seni, musik, sukarela, atau agama. Kegiatan positif ini akan memberikan anak kesempatan untuk belajar, berkembang, bersosialisasi, dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Kegiatan positif ini juga akan mengurangi waktu luang anak yang bisa digunakan untuk hal-hal negatif.
  • Mencari bantuan profesional jika perlu. Jika anak menunjukkan perilaku yang sangat bermasalah, seperti depresi, kecanduan, kekerasan, atau bunuh diri, segera cari bantuan dari ahli yang kompeten, seperti psikolog, konselor, atau psikiater. Jangan ragu atau malu untuk meminta bantuan, karena anak mungkin membutuhkan intervensi yang lebih intensif dan spesifik. Bekerja sama dengan ahli untuk menentukan diagnosis, rencana pengobatan, dan pemantauan perkembangan anak. Ikuti saran dan petunjuk dari ahli dengan baik dan konsisten.

Kesimpulan

Kriminalitas anak adalah masalah yang serius yang harus diatasi oleh semua pihak, terutama orang tua dan pendidik. Kriminalitas anak disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keluarga, lingkungan, dan individu. Kriminalitas anak dapat dicegah dan ditangani dengan memberikan pendidikan karakter, perhatian, kasih sayang, pengawasan, batasan, konsekuensi, tanggung jawab, kebebasan, kemandirian, dan kegiatan positif kepada anak. Jika perlu, cari bantuan profesional untuk membantu anak yang bermasalah. Dengan demikian, anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat, bertanggung jawab, dan bahagia.

Sumber :

KPAI Catat 11.116 Anak Tersangkut Tindak Kriminalitas – SINDOnews.com. https://metro.sindonews.com/berita/1386477/170/kpai-catat-11116-anak-tersangkut-tindak-kriminalitas.

Statistik Kriminal 2023 – Badan Pusat Statistik Indonesia. https://www.bps.go.id/id/publication/2023/12/12/5edba2b0fe5429a0f232c736/statistik-kriminal-2023.html.

Statistik Kriminal 2021 – Badan Pusat Statistik Indonesia. https://www.bps.go.id/id/publication/2021/12/15/8d1bc84d2055e99feed39986/statistik-kriminal-2021.html.

Komnas PA: Ada 3.547 Kasus Kekerasan Anak 2023, Terbanyak … – Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/12/29/komnas-pa-ada-3547-kasus-kekerasan-anak-2023-terbanyak-kekerasan-seksual.

Peran Orang Tua dan Pola Asuh Kunci Mitigasi Kekerasan Anak. https://www.neraca.co.id/article/189378/peran-orang-tua-dan-pola-asuh-kunci-mitigasi-kekerasan-anak.

Peran Orang Tua dan Pendidik dalam Menyaring Jenis Berita Kriminal yang …. https://retizen.republika.co.id/posts/225621/peran-orang-tua-dan-pendidik-dalam-menyaring-jenis-berita-kriminal-yang-berpotensi-mempengaruhi-anak.

Catatan Pelanggaran Hak Anak Tahun 2021 dan Proyeksi Pengawasan …. https://www.kpai.go.id/publikasi/catatan-pelanggaran-hak-anak-tahun-2021-dan-proyeksi-pengawasan-penyelenggaraan-perlindungan-anak-tahun-2022.

Tindak Kriminalitas Anak Sangat Memprihatinkan – SINDOnews. https://nasional.sindonews.com/berita/1386542/13/tindak-kriminalitas-anak-sangat-memprihatinkan.

KPAI : Riset: Kekerasan di Media Picu Anak Jadi Pelaku Kejahatan. https://www.kpai.go.id/publikasi/kpai-riset-kekerasan-di-media-picu-anak-jadi-pelaku-kejahatan.