Lingkungan yang tidak stabil dan berkonflik dapat menyebabkan perubahan perilaku dan emosional pada anak. Mengelola trauma menjadi hal yang sulit bagi anak-anak yang tumbuh dalam kondisi seperti ini. Beberapa anak mungkin akan melakukan kenakalan sebagai cara untuk mengekspresikan emosi yang sulit mereka sampaikan.
Seperti inilah Yera Calista, seorang anak berusia 13 tahun yang masa kecilnya dihantui oleh pertengkaran orang tuanya. Saat perpisahan itu benar-benar terjadi, hatinya semakin terluka. Yera menjadi pendiam, sering menangis sendirian, dan kehilangan semangat belajar.
“Aku sering menangis karena mengingat masa lalu. Pas mamaku dipukul dan diseret. Saat itu aku sedih dan kecewa karena melihat ayahku kejam sekali pada mamaku dan selalu pergi untuk menghabiskan uang di luar,” kata Yera mengenang masa kecilnya.
Kondisi ini membuatnya kehilangan rasa percaya pada ayahnya. Bahkan, perilakunya mulai tidak terkontrol, seperti mencuri, mencoba merokok, dan berkelahi dengan teman-temannya. Nilai akademisnya pun semakin menurun, membuat ibunya khawatir. Ketika sang ibu mendengar kabar tentang sanggar belajar gratis pada tahun 2020, ia pun meminta Yera untuk bergabung.
Saat pertama kali bergabung di sanggar belajar School of Life GSJA El Roy, Yera dikenal sebagai anak yang sangat pendiam dan sulit didekati. Tutor di sana merasa kesulitan berkomunikasi dengannya. “Awalnya dia cenderung diam, sering melamun, dan tatapannya kosong. Ketika didekati oleh teman-temannya, dia tidak banyak bicara, cenderung mengisolasi diri, dan tidak terbuka,” ujar salah satu tutor.
Setelah lebih dari satu bulan tanpa perubahan signifikan, tutor pun melakukan kunjungan ke rumah Yera untuk berbicara langsung dengan ibunya. Dari pertemuan itu, mereka memahami bahwa Yera mengalami trauma akibat perceraian orang tuanya. Oleh karena itu, butuh pendekatan yang tepat untuk membantu Yera mengelola trauma agar bisa berkembang dengan baik.
Sejak saat itu, tutor mulai mencari cara untuk mendekati Yera secara perlahan. Mereka melibatkannya dalam berbagai aktivitas dan membangun kepercayaan dengan mengajaknya berbicara. Strategi ini akhirnya membuahkan hasil. Yera mulai terbuka, berani bercerita, dan lebih aktif berinteraksi dengan teman-temannya di sanggar belajar.
Sebuah perubahan besar terjadi ketika ia mengikuti materi tentang “Kesadaran Diri Tentang Perasaanku” di sanggar belajar School of Life pada Agustus 2024. Ketika ditanya tentang perasaannya, Yera akhirnya mau berbagi, “Saya sering menangis. Tapi sekarang, saya bisa bercerita dan merasa lebih lega.”
Perubahan kecil demi kecil mulai terlihat. Yera menjadi lebih rajin bersekolah, lebih aktif dalam kegiatan di sanggar belajar, dan lebih percaya diri dalam bersosialisasi. Tiga bulan setelahnya, ibunya pun menyampaikan rasa syukurnya atas perubahan positif yang terjadi pada putrinya. “Saya sering sedih dan bingung melihat kondisi Yera yang jadi pendiam dan lebih sensitif. Namun saat ini saya lebih bersyukur melihat perubahannya.”
Pendekatan yang konsisten dari tutor dan lingkungan yang mendukung telah membantu Yera bangkit dari trauma dan menjadi pribadi yang lebih baik. Kini, ia tumbuh menjadi anak yang lebih ceria, memiliki semangat belajar yang lebih tinggi, dan mampu mengelola emosinya dengan lebih baik.
Mari bersama-sama menjadi bagian dari perubahan positif ini. Klik di bawah ini untuk berdonasi sekarang dan bantu wujudkan harapan mereka!
© Copyright 2024
Obor Berkat