Dulu Buruh Tani, Sekarang Punya Usaha Sendiri

Di usianya yang sudah menginjak 63 tahun, Bapak Ading Harianto masih harus berjuang keras demi keluarganya. Setiap hari, ia bekerja sebagai buruh tani di Desa Makalelon, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Jika tidak ada pekerjaan di ladang, ia tak segan mencari pekerjaan lain apa saja, asalkan bisa membawa pulang sedikit rezeki untuk keluarganya. Bersama sang istri dan anaknya, Nathanael—yang menjadi murid di sanggar belajar School of Life GSJA Elshaday Makalelon—Pak Ading menjalani hari-hari dengan penuh kesederhanaan.

Meski hidupnya penuh kerja keras, Pak Ading belum pernah merasakan hasil dari kebun milik sendiri. Hingga akhirnya, tahun 2024, ia mendapat kesempatan baru. Melalui gereja GSJA Elshaday Makalelon, Pak Ading diajak bergabung menjadi penerima manfaat program pertanian nilam. Bersama kelompoknya, ia mulai belajar menanam dan merawat ribuan pohon nilam.

Perjuangan itu tidak mudah. Hujan, panas, dan kesabaran panjang harus ia lewati. Namun enam bulan kemudian, usaha itu membuahkan hasil. Dari panen pertama sebanyak 6.000 pohon, setelah pembagian keuntungan, Pak Ading membawa pulang Rp 4.400.000—angka yang terasa besar dan sangat berarti bagi keluarganya.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Pak Ading menggunakan sebagian hasil panen itu untuk membuka usaha kecil di rumah. Bersama istrinya, ia menjual mie bakso, mie cakalang, hingga tinutuan (bubur Manado). Usaha sederhana ini membantu menopang kebutuhan sehari-hari keluarga sambil menunggu panen nilam berikutnya.

Kini, harapan baru tumbuh di hati Pak Ading. Ia tetap rajin merawat kebun nilam yang dipercayakan kepadanya, sambil tekun mengembangkan usaha kuliner keluarga. Ia percaya, dengan ketekunan dan doa, panen berikutnya yang diperkirakan tiga bulan lagi akan semakin menambah penghasilannya.

Cita-citanya sederhana namun dalam: suatu hari ia ingin memiliki lahan perkebunan sendiri. Bagi Pak Ading, perjalanan ini bukan sekadar mencari nafkah, melainkan juga mewariskan semangat kerja keras dan harapan kepada keluarganya—bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baru.

Share berita baik ini yuk!