Terlepas dari Jeratan Hutang, Ibu Hotdi Kini Mampu Membiayai Sekolah Anak dari Hasil Sawah

Terlepas dari Jeratan Hutang, Ibu Hotdi Kini Mampu Membiayai Sekolah Anak dari Hasil Sawah

Tidak sedikit orang meninggalkan kampung halaman dan merantau ke kota dengan mimpi akan hidup yang lebih baik. Namun, jalan itu sering kali tidak semulus yang dibayangkan. Banyak yang terpaksa kembali ke kampung halaman saat kehilangan harapan. Seperti yang dialami oleh Ibu Hotdi Rohana dan keluarganya

Awalnya Ibu Hotdi dan keluarganya tinggal di Jakarta. Namun penghasilan mereka saat itu hanya cukup untuk makan sehari-hari. Keadaan semakin sulit saat keluarga mereka kena imbas dari PHK. Karena tidak ada pemasukan lagi, pada tahun 2015 keluarga Ibu Hotdi akhirnya memutuskan untuk pulang kampung ke Desa Simodong, Kabupaten Batu Bara.

Kepulangan itu pun tidak mudah. Mereka tidak punya rumah sendiri dan harus menumpang di rumah orang tua. “Karena tidak ada yang bisa dilakukan di kampung, jadi kami akhirnya kami bertani…” ungkap Ibu Hotdi.

Dengan menyewa lahan dan meminjam modal dari toke (juragan) pupuk, Ibu Hotdi dan suaminya mulai berjuang. Namun, setiap kali panen sebagian besar hasilnya harus dibayarkan untuk melunasi hutang beserta bunganya kepada toke. Akibatnya yang tersisa untuk biaya sekolah dan kebutuhan keluarganya hanya tidak sedikit.

Sebuah harapan muncul ketika anak-anak Ibu Hotdi bergabung dengan kegiatan bimbingan belajar School of Life yang dilaksanakan di GBI Simodong. Dari sanalah keluarga ini kemudian terhubung dengan program Hunger Relief – Pertanian Padi dari OBI. Setelah melalui proses interview dengan tim OBI, akhirnya Ibu Hotdi mendapatkan bantuan modal usaha dan tidak lagi harus bergantung pada pinjaman berbunga. Sehingga ia bisa mengelola sawah dengan lebih semangat.

Banyak tantangan yang mereka hadapi, terutama kemarau panjang yang melanda daerah mereka. Ibu Hotdi dan suaminya terus berdoa kepada Tuhan agar hujan segera turun.

Puji Tuhan! Tidak perlu menunggu lama, hujan pun turun, dan Ibu Hotdi berhasil panen. Pada panen pertama, ia bisa mendapatkan 3 ton gabah. Sebanyak 500 kg disisihkan untuk stok makanan, sementara 2.500 kg dijual dengan harga Rp 7.000 per kilogram.

Pendapatan yang keluarganya terima telah menjadi berkat yang luar biasa bagi keluarga ini. Uang tersebut bisa dipakai untuk modal tanam berikutnya, biaya hidup, serta pendidikan anak-anak.

“Puji Tuhan, sekarang kami bisa bernapas lega. Tidak perlu lagi pinjam ke toke. Terima kasih Tuhan, tim OBI yang sudah mendampingi kami,” ucapnya penuh syukur.

Kisah Ibu Hotdi menunjukkan bahwa di balik kesulitan besar, selalu ada jalan keluar ketika ada uluran tangan kasih yang nyata.

Anda juga bisa menjadi bagian dari perubahan ini. Dukungan Anda akan menolong lebih banyak keluarga petani seperti Ibu Hotdi untuk lepas dari jeratan hutang, memiliki penghasilan yang layak, dan memastikan anak-anak mereka tetap bersekolah. Mari menghadirkan harapan bersama kami.
Klik di bawah ini untuk berdonasi dan wujudkan masa depan yang lebih baik bagi mereka.

Share berita baik ini yuk!