Belajar Bersyukur Bersama Prisiliya

Di sebuah desa kecil di Rinondor, tinggal seorang anak perempuan bernama Prisiliya Pakaya. Sejak kecil, ia dibesarkan oleh opa dan oma yang penuh kasih sayang. Meski jarak memisahkannya dari papa dan mama, hubungan Prisiliya dengan orang tuanya tetap terjaga. Setiap rindu, ia akan mengangkat telepon untuk berbicara dan bercerita dengan ibunya.

Namun, di balik senyumnya, dulu Prisiliya sering merasa sedih dan menjadi pendiam. Rindu yang mendalam membuatnya mudah menangis. Meski opa dan oma selalu menguatkan, perasaan itu tidak mudah hilang.

Perlahan, titik balik itu datang ketika Prisiliya mulai mengikuti kegiatan di School of Life (SoL) GSJA Elshaday Makalelon. Di sanggar belajar ini, ia menemukan lingkungan yang penuh dukungan teman-teman yang menghibur, guru-guru yang menyemangati, dan pelajaran hidup yang mengubah cara pandangnya.

Salah satu pelajaran yang membekas adalah kisah “Kado Terindah” dan tema “Misi Pribadi” dari kurikulum SoL. Dari sini, Prisiliya belajar bahwa Tuhan Yesus mengasihinya, menciptakannya unik, dan mempercayakan masa depan yang penuh harapan. Ia mulai melihat perjuangan keluarganya dari sudut pandang yang berbeda: bukan lagi sebagai alasan untuk bersedih, tetapi sebagai alasan untuk bersyukur.

Kini, Prisiliya lebih percaya diri, rajin belajar, dan aktif membantu opa dan oma di rumah mulai dari menyapu, mencuci piring, hingga membereskan tempat tidur. Rasa rindunya kepada orang tua kini diiringi dengan semangat untuk berprestasi dan membanggakan keluarga.

Perjalanan Prisiliya adalah bukti bahwa dukungan lingkungan yang tepat, seperti yang ia temukan di School of Life, dapat mengubah kesedihan menjadi kekuatan, dan kerinduan menjadi rasa syukur.

Share berita baik ini yuk!