Muhamad Faisal, atau akrab disapa Ical, adalah anak yang ceria, berani tampil, dan penuh semangat. Namun di balik senyumnya, tersimpan kisah hidup yang tidak mudah. Sejak kecil, Ical dan saudaranya tinggal bersama nenek mereka yang setiap hari mencari barang bekas untuk dijual kembali. Karena pekerjaan itu, nenek tidak bisa mendampingi Ical sepanjang hari.
Kurangnya perhatian membuat Ical sering mencari cara agar diperhatikan. Di kegiatan School of Life (SOL), ia kerap menangis hanya karena tersenggol teman, atau marah saat tidak mendapat bantuan. Terkadang, ia meminta perhatian mentor terus-menerus. Teman-temannya pun merasa kesal, bahkan tak jarang menyorakinya, yang justru membuatnya semakin menangis. Kebiasaan ini membuat Ical dikenal sebagai anak yang mudah tersinggung dan cengeng.
Namun, perubahan mulai terjadi ketika para guru SOL terus membimbingnya. Ical diajak mengikuti kegiatan rutin empat kali seminggu, sehingga ia tidak merasa sendirian. Materi pembelajaran tentang keluarga di kurikulum SOL menjadi titik balik. Ical mulai memahami bahwa tidak semua orang tua bisa selalu berada di sisi anak karena harus bekerja keras. Ia belajar menerima kenyataan hidup bersama neneknya dengan hati yang lebih lapang.
Kini, Ical bukan lagi anak yang mudah tersinggung. Ia tumbuh menjadi lebih pemberani, aktif, dan rajin mengikuti sekolah minggu. Neneknya bersyukur melihat perubahan cucunya, dan mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Cahaya Bagi Negeri serta semua pihak yang mendukung Ical di SOL Generasi Emas.
Perjalanan Ical mengajarkan bahwa dengan bimbingan yang tepat dan kasih yang konsisten, seorang anak dapat berubah dari pencari perhatian menjadi pribadi yang kuat dan penuh kasih.
© Copyright 2024
Obor Berkat