Mengubah Makian dari Mulut Bryan Menjadi Doa Ucapan Syukur

Mengubah Makian dari Mulut Bryan Menjadi Doa Ucapan Syukur

Bryan, anak berusia 5 tahun, pindah dari Kota Bandung ke Pringsewu, Lampung, bersama keluarganya. Saat ia mulai bersekolah di TK Holy Kids di tengah semester, para guru menyambut kehadirannya dengan hangat.

Anak ini tampak ceria, berani, dan cepat akrab. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama. Bryan mulai menunjukkan sikap yang mengejutkan—mudah marah, suka berteriak, dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas saat sedang kesal kepada orang yang ada di sekitarnya.

Hal tersebut tidak hanya ia lakukan kepada teman-teman sebayanya, tetapi juga kepada para guru di kelas. “Kita semua terkejut saat itu, matanya bisa melotot dan mengamuk saat ia sedang kesal, bahkan saat ia ditinggal mamanya pergi bekerja, ia seperti itu. Saat kita dekati, ia mengeluarkan kata-kata kasar seperti alat kelamin dan binatang,” ungkap Ibu Nani, guru kelas Bryan.

Sang ibu mengakui bahwa lingkungan tempat tinggal mereka sebelumnya membuat Bryan terbiasa mendengar kata-kata kasar dari anak-anak di sekitarnya. Di rumah, Bryan juga kerap ditinggal bersama ayahnya yang sedang sakit, sementara ibunya harus bekerja. Kondisi ini membuat Bryan kurang mendapatkan pengawasan yang memadai dari kedua orang tuanya.

Namun segalanya mulai berubah saat Bryan mengikuti pembelajaran Super5, anak-anak belajar bahwa mulut digunakan untuk berkata baik, bukan kasar melalui video interaktif drama boneka Super5. Bryan mendengarkan dengan baik, di momen ini guru terus mengingatkan dan mendekati Bryan untuk bisa berubah menjadi anak yang lebih baik.

Pendekatan yang dilakukan oleh guru-guru TK Holy Kids Pringsewu adalah melalui sentuhan, pelukan, dan kasih sayang yang konsisten. “Kita selalu dekati dia dengan penuh kasih, hingga secara perlahan ia melunak,” kata Bu Nani. Hari demi hari, kata-kata kasar itu mulai hilang. Bryan belajar menahan amarah. Kini, jika marah, ia memilih diam atau datang ke gurunya.

Perubahan Bryan bukan hanya terlihat di sekolah. Di rumah, ia kini memimpin doa malam, menyebut satu per satu anggota keluarga, bahkan mendoakan usaha sang ibu. Ketika ayahnya sakit keras, Bryan mengajak sepupunya berdoa bersama. Perubahan itu membuat keluarganya terharu. “Doa yang dia sampaikan saat itu, sangat bagus. Kami sampai terkejut mendengar doanya. Bahkan Papanya sampai menangis,” kata sang ibu Bryan.

Dari anak yang dulu membuat guru kewalahan, Bryan kini menjadi teladan kecil bagi teman-temannya. Ia bahkan mengingatkan teman yang berkata kasar. Perubahan ini menunjukkan bahwa Ia mau berproses, tumbuh, belajar, sehingga menjadi terang bagi keluarga kecilnya dan teman-temannya.

Share berita baik ini yuk!