Trauma Karena Bullying, Claresta Mulai Pulih di Sekolah OBI

Trauma Karena Bullying, Claresta Mulai Pulih di Sekolah OBI

Claresta Saragih, seorang siswi 10 tahun di program Paket A PKBM OBI Tanah Merah, dikenal sebagai anak yang penyendiri di kelasnya. Setelah ditelusuri, alasan Claresta menjaga jarak dari teman-temannya adalah karena trauma masa lalu yang membuatnya kesulitan untuk bergaul. 

Bullying yang Membuat Clarestas Trauma

Sebelumnya, Claresta bersekolah di tempat yang didominasi oleh teman-teman dengan agama yang berbeda dengannya. Di kelas, hanya Claresta yang memiliki keyakinan berbeda, membuatnya sering menjadi sasaran bullying secara verbal dari teman-temannya. Ejekan kejam, seperti panggilan “monyet,” sering ia terima hanya karena perbedaannya. 

“Karena saya berbeda di kelas itu, mereka bully saya. Meskipun saya bilang ke guru, tapi mereka nggak berhenti ejek saya,” cerita Claresta. Meski hatinya terluka, ia memilih untuk memendam perasaannya sendirian, tanpa membalas perilaku teman-temannya. 

Cobaan Claresta bertambah ketika ibunya sakit dan harus dibawa ke Jakarta untuk berobat. Sayangnya, takdir berkata lain, dan sang ibu meninggal dunia. Setelah kepergian ibunya, Claresta akhirnya diasuh oleh tantenya di Jakarta, sementara ayahnya bekerja di Tangerang dan jarang pulang. Di sinilah Claresta memulai kehidupan barunya di PKBM OBI Tanah Merah. 

Proses Pemulihan Trauma Claresta

Pada awalnya, Claresta sangat pendiam dan takut untuk bergaul karena trauma masa lalunya. Ia memilih untuk aktif belajar namun tetap menyendiri di kelas. Namun, segalanya berubah setelah ia mengikuti kegiatan sanggar belajar School of Life di Rawasengon, Tanah Merah. Melalui kurikulum Self Awareness, Claresta belajar mengenal dan mengendalikan emosinya, serta diajarkan untuk memaafkan orang-orang yang pernah melukai hatinya. 

Meskipun tidak instan, tapi Claresta kini mulai membuka diri dan berani berbaur dengan teman-temannya. Ia tidak lagi menyendiri dan kini senang bermain dengan teman-teman di PKBM OBI Tanah Merah, meskipun mereka memiliki latar belakang agama yang berbeda.

Bahkan, Claresta kerap bertukar dan berbagi jajanan dengan teman-temannya, menunjukkan bahwa ia telah berhasil melepaskan trauma dan menemukan kebahagiaan baru bersama mereka. 

Perubahan Claresta menjadi bukti betapa pentingnya dukungan dan pendidikan yang membantu anak-anak mengatasi trauma dan mengajarkan mereka untuk mau mengampuni.

Claresta hanyalah satu dari banyak anak di Tanah Merah yang membutuhkan pendidikan dan pemulihan emosional untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dengan dukungan Anda, layanan pendidikan gratis bisa terus diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Mari bersama-sama menjadi bagian dari perubahan positif ini. Klik di bawah ini untuk berdonasi sekarang dan bantu wujudkan harapan mereka! 

Share berita baik ini yuk!